Goodreads helps you keep track of books you want to read.
Start by marking “Människans jord - en kärleksroman från Java” as Want to Read:
Människans jord - en kärleksroman från Java (Tetralogi Buru #1)
Minke är en javanesisk pojke som växer upp i 1890-talets Indonesien. Han kommer från en förnäm javanesisk släkt och rör sig hemtamt bland de holländska kolonisatörerna. När han en dag blir våldsamt förälskad i den vackra Annelies, dotter till en holländsk affärsman och hans javanesiska konkubin, blir det början till ett uppvaknande.
Hardcover, 266 pages
Published
August 1992
by Norstedts
(first published 1975)
Friend Reviews
To see what your friends thought of this book,
please sign up.
Reader Q&A
To ask other readers questions about
Människans jord - en kärleksroman från Java,
please sign up.
Popular Answered Questions
Buyung Hazairin
Yes, but in the 70s and 80s.
This book is not yet featured on Listopia.
Add this book to your favorite list »
Community Reviews
(showing 1-30 of 3,000)
“ Cerita..selamanya tentang manusia, kehidupannya, bukan kematiannya. Ya biarpun yang ditampilkannya itu hewan, raksasa atau dewa ataupun hantu. Dan tak ada yang lebih sulit dipahami daripada sang manusia.. jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biarpun penglihatanmu setajam mata elang; pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka daripada dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kem
...more
This Earth of Mankind is the first novel of the Buru Quartet, so called because it was composed when Pramoedya Ananta Toer was a political prisoner on Buru Island in the 60s. I say ‘composed’ rather than ‘written’ because the first version of it was told orally to his fellow prisoners. He had apparently just about finished the research and planning when he was arrested and all his notes and books were destroyed.
Which is an immediately intriguing back-story, although the relationship between the ...more
Which is an immediately intriguing back-story, although the relationship between the ...more
Tokoh yang menarik perhatian saya dalam novel ini adalah Nyai Ontosoroh. PerEMPUan pribumi yang istimewa. Nyai Ontosoroh merupakan gundik dari Seorang Belanda lemah dan tidak bertanggung jawab. Nyai Ontosoroh menjalankan dan membesarkan berbagai perusahaan yang telah ditinggal suaminya. Nyai Ontosoroh tak pernah bersekolah tapi ia bias menulis dan membaca, bertutur kata dan berperilaku secara Jawa, Melayu ataupun Belanda.
Gundik memang bukan ‘sebutan’ yang enak didengar. Tapi Nyai Ontosoroh tidak ...more
Gundik memang bukan ‘sebutan’ yang enak didengar. Tapi Nyai Ontosoroh tidak ...more
Mar 21, 2010
Nilam Suri
rated it
liked it
·
review of another edition
Recommended to Nilam by:
prince manoharun, triana
Shelves:
literature,
historical-romance
So, what can i say...after prolonged it for quite sometime i finally read one of Pramoedya's books.I'm not sure if my review can do justice for this phenomenal book,but let's try, shall we.
Honestly,this book didn't impress me that much.
Saya nggak tau apa yang saya harapkan saat membaca buku yang dipuja2 banyak orang,yang dijadikan bahan skripsi dan thesis,bahkan menjadikan penulisnya salah satu nominator penerima nobel. Buat saya,buku ini sama saja seperti buku-buku lainnya yang digarap dengan s ...more
Honestly,this book didn't impress me that much.
Saya nggak tau apa yang saya harapkan saat membaca buku yang dipuja2 banyak orang,yang dijadikan bahan skripsi dan thesis,bahkan menjadikan penulisnya salah satu nominator penerima nobel. Buat saya,buku ini sama saja seperti buku-buku lainnya yang digarap dengan s ...more
Nov 17, 2014
Glenn Ardi
rated it
it was amazing
·
review of another edition
Shelves:
classic-literature,
sastra-indonesia
Dulu seorang teman pernah berkata :
" Jika Amerika memiliki F.C Fitzgerald,
Perancis memiliki Victor Hugo,
Rusia memiliki Fyodor Dostoyevsky,
Jerman memiliki Johann Wolfgang von Goethe
dan Jepang memiliki Haruki Murakami
Maka, Indonesia memiliki seorang Pramoedya Ananta Toer "
Penasaran, karena saya sudah baca beberapa karya sastra dunia, tapi baru sedikit karya sastra Indonesia yang saya baca. Maka pada suatu kesempatan saya sempatkan membaca karya Pramoedya yang paling dikenal - Bumi Manusia.
Bu ...more
" Jika Amerika memiliki F.C Fitzgerald,
Perancis memiliki Victor Hugo,
Rusia memiliki Fyodor Dostoyevsky,
Jerman memiliki Johann Wolfgang von Goethe
dan Jepang memiliki Haruki Murakami
Maka, Indonesia memiliki seorang Pramoedya Ananta Toer "
Penasaran, karena saya sudah baca beberapa karya sastra dunia, tapi baru sedikit karya sastra Indonesia yang saya baca. Maka pada suatu kesempatan saya sempatkan membaca karya Pramoedya yang paling dikenal - Bumi Manusia.
Bu ...more
Aug 27, 2008
Naeem
rated it
it was amazing
·
review of another edition
Recommends it for:
perhaps Maura, perhaps Lisa
Recommended to Naeem by:
Sara-Maria, Manu
First, thanks to Sara-Maria and Manu (hard as this is for me to do, a debt is a debt) for encouraging me to read the Buru Qurtet. These four books and Max Havelaar made for superb summer reading.
All the book covers say that Toer is "Asia's leading candidate for the Nobel Prize." I have no doubts about that. This not because he is a great stylist of prose (at least not in the English translation), nor because he uncovers new ground in form. Rather, I think it is Toer's ambition and vast knowled ...more
All the book covers say that Toer is "Asia's leading candidate for the Nobel Prize." I have no doubts about that. This not because he is a great stylist of prose (at least not in the English translation), nor because he uncovers new ground in form. Rather, I think it is Toer's ambition and vast knowled ...more
Sebuah novel sejarah yang mengisahkan perjalanan intelektual seorang anak manusia (yang diberi nama oleh Pram Minke=monyet) untuk menemukan arti kemanusiaan dan identitas kebangsaan awal abad 20-an. Berhadapan dengan kolonialisme dan sistem hukumnya yang diskriminatif, Minke melihat banyak ketimpangan-ketimpangan, penindasan-penindasa, politik pecah belah, pembagian kelas, dan politik kolonial yang menyengsarakan manusia Indonesia dan menjatuhkan kemanusiaan ke titik yang paling rendah dalam per
...more
Malangnya nasibmu, Inlander. Dipecah-belah lalu dikuasai Belanda yang rakus. Bebal. Biadab.
Malangnya nasibmu, Sanikem. Diambil madu dan kemanisanmu, diperas otak dan jiwamu, dihinakan status nyai-mu, tak bisa menyelamatkan darah dagingmu sendiri.
Malangnya nasibmu Annelies. Muda, cantik, berbudi halus. Dibuat lemah oleh kuatnya pribadi mamamu, kesempitan duniamu, dan butanya cintamu.
Malangnya nasibmu Minke. Ganteng, cerdas, berani. Punya nama lahir kok tidak dipakai. Apa kurang bagus pemberian or ...more
Malangnya nasibmu, Sanikem. Diambil madu dan kemanisanmu, diperas otak dan jiwamu, dihinakan status nyai-mu, tak bisa menyelamatkan darah dagingmu sendiri.
Malangnya nasibmu Annelies. Muda, cantik, berbudi halus. Dibuat lemah oleh kuatnya pribadi mamamu, kesempitan duniamu, dan butanya cintamu.
Malangnya nasibmu Minke. Ganteng, cerdas, berani. Punya nama lahir kok tidak dipakai. Apa kurang bagus pemberian or ...more
Saya memang telat baca novel ini, bisa dibilang sebagai kerugian. Tapi ada beruntungnya juga karena pengalaman membaca karya-karya Eropa Classic yang lain turut membantuku memahami novel ini. Risetnya luar biasa! Luar biasa Pram, dia sampai-sampai tau juga tentang pedalaman jiwa, cuma dia ga pakai bahasa id, ego dan superego. Gue yakin banget Pram baca Sigmund Freud... Sebelumnya gue udah baca Jejak Langkah dan Rumah Kaca terlebih dahulu... Kalau dari sisi melankolia, novel Bumi Manusia memang y
...more
Menangis dan sedih diakhir bab terakhir ini..dan semua ditutup dengan sebuah dialog:
“Kita kalah, Ma” bisik Minke
“Kita telah melawan, nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.” Nyai Ontosoroh
Ini adalah perkenalan pertamaku pada kisah para manusia..tentang kisah cinta pria pribumi dan wanita Indo nan cantik jelita; Minke dan Annelies Mellema..tentang kewibawaan seorang wanita pribumi tangguh; Sanikem atau kita lebih mengenalnya sebagai Nyai Ontosoroh..tentang seorang pria pribumi yang gamang a ...more
“Kita kalah, Ma” bisik Minke
“Kita telah melawan, nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.” Nyai Ontosoroh
Ini adalah perkenalan pertamaku pada kisah para manusia..tentang kisah cinta pria pribumi dan wanita Indo nan cantik jelita; Minke dan Annelies Mellema..tentang kewibawaan seorang wanita pribumi tangguh; Sanikem atau kita lebih mengenalnya sebagai Nyai Ontosoroh..tentang seorang pria pribumi yang gamang a ...more
Mar 10, 2012
Diane
rated it
did not like it
·
review of another edition
Recommends it for:
Malays
Recommended to Diane by:
Literature Professor
In all honesty, I didn’t like the novel as much as I liked the other two required reading novels for Oriental Literature class, “The Temple of the Golden Pavilion” and “The Rope of Ash”, nor do I think it is as
impressive as the other Asian Literary works that we have read in class, like the short stories of Lu Xun. The first few parts actually didn’t get my attention. There are points in the story that I asked myself where the book was getting at or what it is trying to say. I know it is a pos ...more
This is a complex novel about Dutch-Indo relations through the eyes of Minke, an intelligent Javanese boy who is sent up through Dutch schooling. He falls in love with the daughter of a nyai (a concubine, or slave, as she would put it) whose father is Dutch but whose mother is native. He calls the nyai "Mama" through most of the novel. He is forced to confront his own preconceived notions on intelligence, hierarchy, and personal value, largely because of Mama:
"Stories about happy things are ne...more
Kutipan Tetralogi Pulau Buru
==''Bumi Manusia''==
* "Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri " (''Mama/Nyai Ontosoroh, hal 39''
* "Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan. (''Jean Marais, hal 52'')
* "Cinta itu indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini. (''Jean Marais, 55'')
* "Tak ada cinta muncul mendadak, karena dia ...more
==''Bumi Manusia''==
* "Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri " (''Mama/Nyai Ontosoroh, hal 39''
* "Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan. (''Jean Marais, hal 52'')
* "Cinta itu indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini. (''Jean Marais, 55'')
* "Tak ada cinta muncul mendadak, karena dia ...more
Jatuh cinta sejak adegan pertama:
-- pada kecantikan seorang Annelies Mellema. Yang sepanjang cerita membuai dengan lembutnya kecantikan dan rapuhnya kemudaan yang berkembang ditengah konflik keluarga berlatar belakang kolonial.
-- pada pandangan dan keteguhan seorang Sanikem, atau Nyai Ontosoroh. Seorang otodidak yang mengjungkalkan semua stereotip wanita yang ada di posisinya, seorang gundik Belanda.
-- pada kepujanggaan seorang Minke. Aku cemburu dengan segala kehebatan dan keberuntungannya. B ...more
-- pada kecantikan seorang Annelies Mellema. Yang sepanjang cerita membuai dengan lembutnya kecantikan dan rapuhnya kemudaan yang berkembang ditengah konflik keluarga berlatar belakang kolonial.
-- pada pandangan dan keteguhan seorang Sanikem, atau Nyai Ontosoroh. Seorang otodidak yang mengjungkalkan semua stereotip wanita yang ada di posisinya, seorang gundik Belanda.
-- pada kepujanggaan seorang Minke. Aku cemburu dengan segala kehebatan dan keberuntungannya. B ...more
This is a long-delayed review, partly because I must admit I never finished reading it and partly because I so wanted to like this Indonesian author having read about his time as a political prisoner in the 1960s. As a history teacher, I did appreciate how Ananta Toer captures 19th Century colonial life and the caste-like system that was instituted by the Dutch. The romantic story between the native Javanese boy and the mixed race girl at the centre of the novel, however, did not feel realistic
...more
Jan 06, 2008
Jackie
rated it
it was ok
·
review of another edition
Recommended to Jackie by:
Frank Brodhead
Three stars because it introduced me to a slice of Javanese-Indonesian history and Dutch colonialism there, but was a difficult read at times. Though Toer takes a pretty clear side against the Dutch and its imperialism, he gives a more complex telling and analysis of Javanese life. However, the language felt a bit old (which it is), and so got got a little repetitive and dry. Still, it's worth reading and admiring the clarity that Toer had at the time in looking at his country.
This book (English title: The Earth of Mankind) was recommended by an academic friend who learned Indonesian to read it in the author's native language - impressive! The subject is serious: a love affair between a pure-blood Javanese and a mixed-race Indo set against the backdrop of the emergence of Indonesian anti-colonial sentiment near the start of the 20th century. Unfortunately, I found the almost soap-opera-ish style hard to get accustomed to.
I got this book to read while I was on Java. I didn't dislike it, but it definitely dragged. I was also hoping for something that would give me more of a feel for the island than this did, more akin to "The Gift of Rain" or "Midnight in the Garden of Good and Evil" in terms of being really steeped in the setting.
Apr 15, 2015
Lauren Prince
rated it
it was ok
·
review of another edition
Recommends it for:
those interested in colonial studies
Recommended to Lauren by:
for class
I write this review primarily to remind those who may see my rating that: GOODREADS REQUESTS HOW MUCH THE USER ENJOYED THE BOOK. It does not ask you to rate the quality of the book.
It is a book.
It is not one I enjoyed reading.
It is a book.
It is not one I enjoyed reading.
My interest in this book is primarily literary and cultural. Pramoedya Ananta Toer has masterfully combined a devastating critique of colonialism with a poignant love story, set in the late 1800s before Indonesia had even been named.
Minke is the only Native Javanese student in the H.B.S., one of the best high schools in the Dutch Indies. Despite his obvious academic abilities, he would not have gained admission to this prestigious school if it were not for his grandfather's status. It turns out ...more
Minke is the only Native Javanese student in the H.B.S., one of the best high schools in the Dutch Indies. Despite his obvious academic abilities, he would not have gained admission to this prestigious school if it were not for his grandfather's status. It turns out ...more
Novel inilah yang membuat saya berpaling dari yang namanya teenlit. Maklumilah, pertama kali saya baca novel ini saat masih pakai seragam putih-merah. Faktor pemicu saya baca novel ini adalah rasa penasaran karena kakak saya pernah bilang, Pramoedya Ananta Toer lah seorang penulis yang karya"nya wajib dibaca. Mengingat kakak saya bukanlah orang yang bisa bilang begitu secara sembarang, maka akhirnya saya mulai membuka halaman demi halaman buku ini.
Karena buku ini terlalu tebal bagi ukuran saya s ...more
Karena buku ini terlalu tebal bagi ukuran saya s ...more
saya baru lama kemudian menghargai karya ini.
setelah membacai sendiri koran-koran lama dari awal abad XX. koran-koran yang juga jadi sumber penulisan pak pram.
lalu, saya juga mendekati karya pak pram ini setelah membacai tulisan-tulisan ben anderson dkk dari cornell.
saya seperti dipanggil untuk kembali ke jawa. kembali memelajari rajutan lama yang membentuk diri.
dan JAWA yang ditampilkan oleh pram memang beda, tapi cocok dengan bacaan saya dari arah antropologi, sejarah, sosiologi, seni bangunan ...more
setelah membacai sendiri koran-koran lama dari awal abad XX. koran-koran yang juga jadi sumber penulisan pak pram.
lalu, saya juga mendekati karya pak pram ini setelah membacai tulisan-tulisan ben anderson dkk dari cornell.
saya seperti dipanggil untuk kembali ke jawa. kembali memelajari rajutan lama yang membentuk diri.
dan JAWA yang ditampilkan oleh pram memang beda, tapi cocok dengan bacaan saya dari arah antropologi, sejarah, sosiologi, seni bangunan ...more
Rest in peace to the postcolonial novel of characters. There were once droves of them, from all parts of the newly liberated world, but they're a rare commodity in an era where the “ethnic” novel in the U.S. has been reduced to level one alienation and occasional italicized references to spices.
Toer wrote a fucking four-volume epic without a pen on a prison island in Indonesia (and you think you're a writer...). And the first volume is a novel of beautifully drawn characters. Like E.M. Forster i ...more
Toer wrote a fucking four-volume epic without a pen on a prison island in Indonesia (and you think you're a writer...). And the first volume is a novel of beautifully drawn characters. Like E.M. Forster i ...more
An introduction to the novels of an internationally read Indonesian author, Pramoedya Ananta Toer. This one begins his Buru Quartet. The tetralogy's title refers to the prison in which he first told then wrote it. The setting begins around 1898 Surabaya, Java, a period of Dutch Indies colonization. The story begins with two privileged, optimistic, competent natives. Nyai (concubine) Ontosoroh has been educated by her Netherlands European consort Herman Mellema. She's competent in the Dutch langu
...more
Woaaahh.. udah habis.. n penasaran sama lanjutannya.
Buku bagus. Walaupun settingnya jadul (eh gak jadul2 amat sih, cuma jamannya kolonial Belanda bercokol di Indonesia), tapi saya tetep bisa mengikuti, memahami, dan menikmati jalan cerita dan penokohoannya. Asik mbacanya. Padahal sebelum baca agak khawatir, takutnya terganggu sama ejaan atau pemilihan kata/diksi/gaya bahasa yang ketinggalan jaman, atau terlalu serius dan sarat dg pesan2 perjuangan, terlalu idealis, dll. Eh ternyata saya salah d ...more
Buku bagus. Walaupun settingnya jadul (eh gak jadul2 amat sih, cuma jamannya kolonial Belanda bercokol di Indonesia), tapi saya tetep bisa mengikuti, memahami, dan menikmati jalan cerita dan penokohoannya. Asik mbacanya. Padahal sebelum baca agak khawatir, takutnya terganggu sama ejaan atau pemilihan kata/diksi/gaya bahasa yang ketinggalan jaman, atau terlalu serius dan sarat dg pesan2 perjuangan, terlalu idealis, dll. Eh ternyata saya salah d ...more
diawal, alurnya lambat, membuatku membaca tersendat sendat. Hanya karena penasaran, kenapa buku ini selalu di rekomendasi sebagai salah satu novel terbaik, aku mmemaksakan diri menyelesaikannya.
Cerita novel ini berputar pada tiga tokoh utama, Mingke, Nyai Ontosoroh, dan anaknya yang jelita, Annelis.
Setting pada masa penjajahan Belanda. Pram, melalui 3 tokoh ceritanya menggambarkan perbedaan kelas yang ada,antara pribumi, bangsawan, Belanda, Keturunan Belanda, dan steorotip di masing-masing kelas ...more
Cerita novel ini berputar pada tiga tokoh utama, Mingke, Nyai Ontosoroh, dan anaknya yang jelita, Annelis.
Setting pada masa penjajahan Belanda. Pram, melalui 3 tokoh ceritanya menggambarkan perbedaan kelas yang ada,antara pribumi, bangsawan, Belanda, Keturunan Belanda, dan steorotip di masing-masing kelas ...more
finally understand why all recent lights to Pram (even back to my fresh year) are not just because we claim oldish trend is a new kekinian, but mainly because Bumi Manusia isnt only a love story between Minke and Annelies, it covers what historians would call: a supplementary narrative of class struggle, media, and patriarchy. I realize how much I claim all my feminist chance and law protection for granted, thanks to you Pram.
| topics | posts | views | last activity | |
|---|---|---|---|---|
| This Earth of Mankind | 11 | 241 | Sep 20, 2016 05:38PM | |
| "Imagi sejarah yang hidup" | 9 | 104 | Nov 12, 2015 04:47PM | |
| Pembaca Buku Pram...: Jual Bumi Manusia C1 Hasta Mitra (Bisa Tukar dengan Arus Balik) | 6 | 76 | Dec 04, 2014 05:29AM | |
| Goodreads Indonesia: Ada yang tau beli tetralogi buru dimana? | 6 | 188 | Oct 08, 2014 04:36PM | |
| Goodreads Librari...: A Dutch version of 2008 #978-90-445-1231-1 | 7 | 44 | Feb 14, 2012 11:57PM |
Pramoedya Ananta Toer was an Indonesian author of novels, short stories, essays, polemics, and histories of his homeland and its people. A well-regarded writer in the West, Pramoedya's outspoken and often politically charged writings faced censorship in his native land during the pre-reformation era. For opposing the policies of both founding president Sukarno, as well as those of its successor, t
...more
More about Pramoedya Ananta Toer...
Other Books in the Series
Tetralogi Buru
(4 books)
Share This Book
1 trivia question
More quizzes & trivia...
“Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan.”
—
503 likes
“seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”
—
300 likes
More quotes…
























Oct 03, 2015 05:47PM
Dec 08, 2015 09:28PM